Venomena.id – Gaya arsitektur bangunan era kolonial Belanda terasa lebih dingin dan sejuk, mengapa?. Sejumlah pandangan mengaitkan dengan hal mistis atau horor.
Namun, jika dibedah lebih teliti, terdapat sejumlah alasan mengapa bangunan arsitektur lawas cenderung lebih dingin dan sejuk.
Dirangkum dari berbagai sumber, arsitektur bangunan diera kolonial masih dapat dijumpai di antaranya Lawang Sewu di Semarang, Gedung Bank Indonesia di Yogyakarta, Gereja Katedral di Jakarta, Gereja Blenduk di Semarang, dan lainnya.
Saat memasuki bangunan khas Belanda, pengunjung akan merasakan hawa sejuk dan nyaman.
Akademisi Dosen Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), Ashar Saputra, PhD mengatakan, terdapat sejumlah alasan mengapa bangunan era Belanda bisa terasa sejuk.
Lebih jauh dikatakan Ashar, bangunan era kolonial terkesan sejuk karena dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya adalah unsur-unsur yang ada dalam bangunan tersebut. Mulai dari dinding, atap, hingga lantainya.
“Biasanya bangunan Belanda menggunakan pasangan bata dinding yang tebal. Batu bata yang tebal pada dinding secara teori itu akan meredam panas dari luar,” ungkap Ashar.
Masih menurut Ashar, faktor lain yang berpengaruh yakni bangunan Belanda menggunakan sudut atap yang tinggi, lebih dari 50 derajat. Hal ini membuat ruang udara di bawah atap mampu meredam panas dari atap, sehingga kondisi di bawahnya tetap sejuk.
“Lalu masih dilengkapi dengan sistem sirkulasi udara di atap yang baik, sehingga ruang udara di bawah atap selalu dingin,” jelasnya.
Selain itu dikatakan Ashar, tinggi tembok bangunan Belanda juga menyebabkan udara ruangan lebih sejuk dan lebih dingin.
Sumber: berbagai sumber