V News

RSUD Kota Bekasi Sanggah Lakukan Malpraktik, Direktur: “Kami Bukan Tuhan”

38
×

RSUD Kota Bekasi Sanggah Lakukan Malpraktik, Direktur: “Kami Bukan Tuhan”

Sebarkan artikel ini

Venomena.id – Terkait dugaan malpraktik operasi caesar yang menimpa Ratih Raynada (30), pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bekasi akhirnya angkat suara. Direktur RSUD Kota Bekasi, dr. Kusnanto Saidi, MARS., menegaskan bahwa pihaknya sudah berupaya memberikan penanganan sesuai prosedur medis yang berlaku.

Menurut dr. Kusnanto, pasien atas nama Ratih Raynada memang sempat menjalani operasi caesar di rumah sakit tersebut pada September 2024. Namun, ia menyebut bahwa kontrol pascaoperasi baru dilakukan pada bulan Desember atau sekitar tiga bulan setelah tindakan operasi.

“Pasien baru kembali kontrol ke rumah sakit pada Desember 2024. Selama itu tidak ada catatan kontrol atau keluhan yang disampaikan langsung ke kami. Jadi ada jeda cukup panjang,” ujarnya saat dikonfirmasi.

Pihak rumah sakit, lanjut Kusnanto, juga telah melakukan pertemuan dengan keluarga pasien. Namun, ia menilai permintaan pihak keluarga terlalu tinggi, sementara tenaga medis sudah berusaha sebisanya.

Baja juga:  #KaburAjaDulu, 29 WNI Ilegal Digrebek Imigrasi Jepang Lantaran Overstay

“Ayah pasien ingin anaknya bisa sembuh seperti sedia kala. Tapi kita ini bukan Tuhan yang bisa menyembuhkan seketika. Kami sudah berupaya maksimal sesuai kapasitas dan keilmuan kami,” ucap Kusnanto dihubungi via seluler, Minggu (29/6).

Operasi Tanpa Bius yang Efektif?

Ratih mengaku bahwa saat operasi caesar, ia masih dalam kondisi sadar. Bius yang disuntikkan tak bekerja efektif, sehingga ia merasakan nyeri hebat ketika tindakan pembedahan dilakukan.

“Saya masih sadar saat pisau menyayat perut. Saya teriak-teriak karena sakit, tapi cuma disuruh angkat kaki. Disuntik berulang kali, tapi tetap terasa,” kenangnya.

Pascaoperasi, kondisinya terus memburuk. Hasil pemeriksaan menyebutkan tulang belakangnya rusak dan harus dipasang pen. Namun setelah pen dipasang, bukannya membaik, Ratih justru merasa makin parah.

Baja juga:  Viral, TKW Kerja 7 Tahun di Malaysia Tak Digaji dan Tidak Boleh Pulang Oleh Majikan

Yang membuat keluarga kecewa adalah penanganan yang dinilai tidak konsisten. Dokter yang mengoperasi berbeda dengan yang melakukan kontrol. Diagnosis pun berubah-ubah: TB tulang, saraf terputus, bahkan gula darah tinggi.

“Awalnya kaki saja yang sakit, tapi sekarang seluruh badan saya sakit. Duduk pun susah. Saya bingung, tiap kali ke rumah sakit, diagnosanya beda-beda,” kata Ratih.

Hingga kini, pihak RSUD Kota Bekasi belum memberikan pernyataan resmi. Namun dr. Kusnanto menegaskan bahwa mereka tetap terbuka terhadap proses evaluasi. Pihaknya mengaku akan mengumpulkan informasi dari dokter yang bersangkutan dan menggelar konferensi pers secepatnya.

“Kalau memang ada yang harus dievaluasi, kami siap. Tapi semua juga perlu dilihat secara obyektif,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *