Venomena.id – Indonesian Business Council (IBC) melalui program Indonesia Carbon Market Academy (ICMA) berupaya meningkatkan kapasitas teknis, tata kelola, dan daya saing pelaku pasar karbon nasional untuk merespons peluang global dan mendukung target net-zero emisi Indonesia pada 2050.
Chief Operating Officer IBC, William Sabandar,Direktur Eksekutif Indonesia Center for Renewable Energy Studies (ICRES), Paul Butarbutar dan Founder & CEO Fairatmos, Natalia Rialucky Marsudi saat menjadi pembicara dalam acara sosialisasi dan konferensi pers Indonesia Carbon Market Academy di Jakarta, Selasa (29/7/2025).
Pemerintah menargetkan potensi pendapatan ekspor kredit karbon hingga US$65 miliar (sekitar Rp1.000 triliun) pada 2028. Sebagai negara dengan hutan tropis terluas, Indonesia memiliki posisi strategis dalam penurunan emisi gas rumah kaca dan perdagangan karbon.
Sejak peluncuran IDXCarbon pada 26 September 2023 hingga 11 Juli 2025, tercatat transaksi sebesar 1,6 juta ton CO₂e dengan nilai mencapai Rp77,95 miliar.
COO IBC, William Sabandar, menyatakan bahwa edukasi adalah langkah awal membangun ekosistem pasar karbon yang kokoh. ICMA hadir sebagai wadah untuk mencetak pelaku pasar yang kompeten dan siap bersaing secara global melalui tiga pilar utama: edukasi dan perubahan pola pikir industri, perluasan narasi keberlanjutan melalui media, serta partisipasi aktif dalam program transisi energi dan green growth.
Direktur Eksekutif ICRES, Paul Butarbutar, menyoroti pentingnya meningkatkan kualitas dan integritas proyek karbon kredit untuk membangun kepercayaan pasar global. Ia menilai kolaborasi antara swasta, pemerintah, dan masyarakat menjadi kunci.
Sementara itu, Founder & CEO Fairatmos, Natalia Rialucky Marsudi, menekankan pentingnya pendekatan inklusif dalam pengembangan pasar karbon, dengan melibatkan korporasi, komunitas hutan desa, hingga masyarakat umum secara aktif.