Venomena.id – Perkembangan dunia kuliner utamanya bakery dan pastry terus berkembang hal itu membuat Presiden Indonesia Pastry Alliance (IPA), Rahmat Kusnadi memprediksi tren industri bakery dan pastry pada 2026 akan bergerak ke arah back to the nature.
Konsep ini ditandai dengan kembalinya adonan-adonan klasik yang pernah populer, namun dihadirkan dengan sentuhan modern agar tetap relevan dengan selera konsumen masa kini.
Adonan seperti sourdough, brioche, hingga berbagai jenis pastry Eropa kembali diangkat ke permukaan. Meski demikian, menegaskan bahwa kebangkitan adonan klasik ini tidak hadir dalam bentuk lama yang monoton, melainkan dikemas dengan presentasi yang lebih segar dan inovatif.
Chef Rahmat juga menyoroti pentingnya adaptasi terhadap selera lokal, khususnya di Indonesia. Produk bakery ala Barat yang cenderung polos dan minim isian dinilai kurang sesuai dengan karakter konsumen Tanah Air.
“Orang Indonesia itu suka roti yang lembut dan ada isinya. Jadi sekarang sourdough pun mulai dikasih filling. Itu bentuk adaptasi,” jelasnya.
Adaptasi ini menjadi bukti bahwa tren global tidak bisa diterapkan secara mentah.
Inovasi justru lahir ketika baker mampu memadukan teknik internasional dengan preferensi rasa lokal, sehingga menghasilkan produk yang lebih diterima pasar.
Bakery sebagai Identitas dan Oleh-Oleh Daerah
Ke depan, Chef Rahmat melihat travel cake dan produk bakery khas daerah akan semakin berkembang, seiring pertumbuhan UMKM di berbagai wilayah. Produk bakery tidak lagi sekadar makanan, tetapi menjadi identitas dan oleh-oleh khas suatu daerah.
“Ke Medan ada Bolu Meranti, ke Bandung ada brownies, ke Papua ada roti abon. Jakarta juga harus kreatif. Dulu ada roti gambang, roti buaya. Itu bisa dimodifikasi supaya lebih modern dan menarik,” ujarnya.
Dia menilai, setiap daerah memiliki potensi untuk menghadirkan produk bakery ikonik yang mampu bersaing secara nasional, bahkan internasional, asalkan dikemas dengan inovasi yang tepat.
Kearifan Lokal Perkuat Karakter Produk Bakery
Penggunaan bahan lokal juga menjadi perhatian Chef Rahmat dalam pengembangan industri bakery. Menurutnya, perbedaan karakter bahan di setiap daerah justru menjadi keunggulan yang bisa diangkat sebagai ciri khas produk.
“Bahan seperti pisang, nanas, tape, itu tiap daerah berbeda. Pisang di Jawa Barat beda dengan Jawa Timur atau Papua. Cara penanganannya juga berbeda. Itu semua bisa menjadi identitas produk,” katanya.
Dengan mengolah bahan lokal secara kreatif, baker tidak hanya menciptakan produk yang unik, tetapi juga ikut menjaga dan mempromosikan kekayaan pangan Nusantara.
Industri Dukung Regenerasi Baker Muda
Chef Rahmat menilai kegiatan kompetisi bakery seperti Bogasari Next Baker jadi bukti nyata kepedulian dunia industri terhadap masa depan generasi muda Indonesia, khususnya di sektor bakery yang terus berkembang.
“Kalau kita melihat acara ini, benar-benar bagus. Ini bentuk kepedulian dunia industri, salah satunya Bogasari sebagai penyedia tepung terbesar di Indonesia,” ungkapnya.
Dia menegaskan, kompetisi ini bukan sekadar ajang adu kemampuan, melainkan ruang bagi generasi muda untuk menyalurkan kreativitas dan menyiapkan diri menjadi the next baker Indonesia.
“Dulu Indonesia itu sangat disegani, banyak baker kita yang berkarier sampai ke luar negeri. Sekarang generasi mudanya harus kita siapkan kembali, apalagi industri bakery adalah usaha yang tidak pernah mati dari dulu sampai sekarang,” jelasnya.
Rahmat berharap, melalui kompetisi seperti ini, akan lahir ide-ide segar yang mampu memperkuat identitas daerah sekaligus mengangkat daya saing industri bakery Indonesia.
“Dari lomba ini, kita berharap muncul kreasi-kreasi baru yang bukan hanya enak dan menarik, tetapi juga punya cerita dan karakter daerah,” katanya.
Dalam kesempatan sama, Widya Triyanti selaku Junior Marketing Manager Bogasari mengatakan Next Baker 2025 merupakan program Bogasari untuk di industri baking jadi kami hadir bukan hanya di pelaku industri baking tapi untuk mereka yang masih belajar dengan pelajar di industri tata boga dan ini sebagai wahana mereka berkompetisi dan melihat gambaran masa depan kalo kerja di industri baking seperti apa
Untuk kompetensi Bogasari Next Baker 2025 sendiri dibagi menjadi tiga fase yakni, fase 1 merupakan resgistrasi & video submission peserta yakni tanggal 25 November – 5 December 2025, fase ke 2 Best Region tanggal 7,8 & 9 December 2025 dan ke 3 grand final hari ini tanggal 12 December 2025.
Dia mengungkapkan bahwa pesertanya pun merupakan siswa/ siswi SMK dari Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah & Jawa Timur, dengan para juri yang berkompeten yakni Chef Rahmat Kusnedi, Indonesia Pastry Alliance, Chef Arief Maulana, Indonesian Pastry Bakery Society dan Chef Triana Murdiastanti, Bogasari Baking Center.
Beberapa peserta terpilih masuk kebabak grand final yakni SMK Negeri 57 Jakarta: Ratu Bungas; Tatia Prasetyo dan Keyla Ayundya Sekar Sari, lalu ada SMK Negeri 3 Cimahi: Ariny Ayu Andzany; Mayma Lutfiana dan Muhammad Raffael Maulana SMK Negeri 4 Surakarta Jawa Tengah: Faatiha Salma Nadhifah; Muhammad Rafi Musthofa dan Shallomita Yorgen Bainkabel
SMK Mamba’ul Ihsan Gresik Jawa Timur: Muhammad Fauzan Abidin; Putra Bayu Pratama dan Ghosyam Akhmed Alkarim.
Widya Triyanti mengungkapkan kompetisi ini merupakan pengembangan dari sebelumny terakhir 2013 dengan nama lomba cipta kreasi kalo dulu kebutuhan lomba pemenang kali ini pemenang akan jadi baker representasi selama setahun kedepan kita punya kegiatan baking demo dari tingkat pelajar dan industri baking
“Keberlanjutan kedepan selain hadiah terus ikut kegiatan Bogasari mereka juga dapat berkesempatan mendapatkan previlege untuk masuk ke industri baking melalui Bogasari kita bisa salurkan ke rekanan atau costumer kami yang mereka butuhkan baik kebutuhan magang, pkl atau kebutuhan kerja,”tutupnya.









