V News

Pasien Caesar Diduga Jadi Korban Malpraktik RSUD Kota Bekasi, Kini Lumpuh Total

40
×

Pasien Caesar Diduga Jadi Korban Malpraktik RSUD Kota Bekasi, Kini Lumpuh Total

Sebarkan artikel ini

Venomena.id – Nasib pilu dialami Ratih Raynada (30), seorang ibu empat anak, setelah menjalani operasi caesar di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bekasi. Ratih warga RT/RW 001/02 nomor 197, Kelurahan Padurenan, Kecamatan Mustika Jaya, Kota Bekasi ini sebelumnya sehat dan aktif, kini hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur, mengalami kelumpuhan total yang diduga akibat malpraktik medis.

Kisah bermula saat Ratih hendak melahirkan anak keempatnya pada September 2024. Tanpa riwayat penyakit serius, Ratih datang ke rumah sakit dengan kondisi baik dan masih bisa berjalan sendiri. Namun, setelah tindakan operasi caesar, kondisinya justru memburuk.

“Awalnya saya masih bisa jalan sendiri, bahkan pas ke rumah sakit pun jalan kaki. Tapi saat operasi itu, saya masih sadar dan merasakan sakit saat disuntik bius. Saya teriak-teriak karena sakitnya luar biasa, tapi dokter hanya bilang ‘angkat kaki’,” ujar Ratih lirih.

Proses pembiusan dilakukan berulang kali hingga akhirnya bayi Ratih lahir. Namun setelah sadar pascaoperasi, Ratih merasa tubuhnya berat dan tidak bisa digerakkan seperti biasa. Kondisi ini berlangsung lama, namun dokter hanya menyebut efek dari operasi.

Baja juga:  Makan Korban, Dinkes Kota Bekasi Investigasi Korban Chiki Ngebul

“Waktu itu saya kira cuma efek obat bius. Tapi makin hari makin parah, saya nggak bisa jalan sama sekali. Setelah diperiksa lebih lanjut, katanya tulang belakang saya sudah ‘busuk’ dan harus dipasang pen,” cerita Ratih.

Operasi pemasangan pen tulang belakang pun dilakukan. Namun alih-alih membaik, kondisinya semakin menurun. Rasa sakit menyebar ke seluruh tubuh, bahkan untuk duduk pun sulit dilakukan. Ratih merasa tidak mendapatkan penanganan maksimal dari pihak RSUD.

“Dokternya beda-beda. Yang operasi bukan yang kontrol, yang kontrol bukan yang pasang pen. Saya bingung mau konsultasi ke siapa. Pernah mau tanya ke dokter yang megang, tapi katanya konsultasi ke dokter lain. Semuanya jadi nggak jelas,” ujar Ratih.

Ayah Ratih, Razif Pribudi (64), yang kini menjadi tumpuan keluarga, juga mengaku kecewa dan bingung atas kondisi anaknya. Ia berharap ada kejelasan dan keadilan atas penderitaan yang dialami putrinya.

Baja juga:  Antisipasi TPPO, Kantor Imigrasi Kelas I Non TPI Bekasi Perketat Pembuatan Paspor

“Kami ini rakyat kecil, nggak bisa banyak bicara. Tapi kami cuma minta keadilan. Anak saya datang sehat, sekarang malah lumpuh. Kehilangan pekerjaan, anak-anaknya harus putus sekolah. Kami hidup susah,” ucap Razif, menahan tangis.

Saat ini Ratih hanya bisa tergolek lemah di rumah, tanpa ada kepastian penyebab pasti penyakitnya. Pihak rumah sakit sempat menyebut diagnosis berbeda-beda, mulai dari TB tulang hingga saraf terputus.

“Saya hanya ingin bisa jalan lagi, kerja lagi, dan urus anak-anak saya. Hidup kami berubah total sejak operasi itu. Kalau memang ada kesalahan, tolong pertanggungjawabannya,” ujar Ratih penuh harap.

Pihak keluarga telah beberapa kali mencoba meminta penjelasan dari dokter yang menangani, namun belum mendapat jawaban memuaskan. Mereka berharap kasus ini bisa menjadi perhatian serius, agar tidak ada lagi pasien lain yang mengalami hal serupa.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak RSUD Kota Bekasi terkait kasus yang dialami Ratih Raynada.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *