Opini Oleh :
M Husni Mubarok
Santri Pemerhati Demokrasi
Venomena.id – Ibu Pertiwi sedang menangis. Indonesia sedang berduka. Itulah kata yang pantas hari ini disematkan pada diri kita, Bangsa Indonesia, Negeri yang dibangun dari semangat gotong royong, diatas pondasi kompromistik dengan para penjajah di era revolusi 1945. Nusantara kembali menoreh sejarah baru dengan darah dan air mata.
Semangat kompromi Soekarno- Hatta ketika itu, telah melahirkan budaya kompromi secara turun temurun, yang pada akhirnya melahirkan bayi bernama reformasi, kesalahan gerakan pemuda dan mahasiswa 98, dalam membuat Narasi ketika itu tidak memakai kata “REVOLUSI” yang berakibat pada perbaikan secara parsial, tidak secara totalitas.
Pasca reformasi almarhum Presiden Gus Dur mencoba untuk meluruskan redaksi lunak “Reformasi” dengan kebijakan dan keputusan secara revolusioner, tetapi pada saat itu tidak mendapatkan dukungan.
Gus Dur yang ingin memutus mata rantai budaya kompromi dengan “Penjahat Demokrasi” mendapatkan cemooh dari segenap lapisan elit politik dan hari ini kita semua sadar bahwa apa yang diucapkan Gus Dur bahwa DPR RI adalah “Taman Kanak-Kanak” (TK) menjadi Kenyataan.
Berawal dari kondisi yang kontra Produktif, disatu sisi Presiden Prabowo telah diwarisi kehancuran sistem karna nilai dan norma telah dihancurkan oleh rezim sebelumnya, akhirnya mau tidak mau, suka atau tidak suka, Presiden Prabowo membuat kabinet obesitas alias kabinet gemuk, disisi lain Presiden Prabowo melakukan efesiensi anggaran.
Salah satu keputusan Presiden Prabowo yang bertolak belakang, antara “CITA-CITA DAN CINTA NYA” kepada rakyat Indonesia. Sebuah keputusan dilema bagi Presiden Prabowo karena sekali lagi, Presiden Prabowo kembali melanjutkan budaya kompromistis di Negeri ini, tidak seperti Gus Dur yang tidak mau kompromi bertindak bak pahlawan nasional Ibrahim Tan Malaka.
Nasi sudah menjadi bubur. Demonstrasi sebagai salah satu prasyarat demokrasi, menjadi percikan api kemarahan rakyat Indonesia akibat “SALAH KATA DAN SALAH KELOLA” anggota DPR RI yang disaat rakyat sedang menjerit.
Mereka menari dan berjoget diatas penderitaan rakyat karna dana tunjangannya dinaikkan, dilain pihak rakyat menangis karna tak mampu membeli bawang dan minyak goreng yang mahal.
Bagi mereka yang telah gugur di medan perjuangan, semoga tidak hanya menjadi martil perubahan di Indonesia karna semua keputusan DPR yang menjadi pemantik kemarahan rakyat telah di anulir dan dibatalkan, tetapi semoga mereka meninggal dalam Keadaan Husnul Khotimah.
Mari kita rawat PANCASILA ini dengan CINTA karna hanya CINTA yang mampu membuat kita Bangkit sebagai Bangsa dan Negara makmur menuju Negeri yang Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghofur.