Venomena.id – Pemerintah Kota Bekasi bersama Perumda Tirta Patriot resmi meluncurkan spot air minum isi ulang Bekasi Keren, Senin (15/12). Program ini digadang-gadang sebagai solusi air minum murah, aman, dan ramah lingkungan. Namun di balik narasi inovasi, muncul pertanyaan krusial, sejauh mana layanan ini benar-benar menjangkau masyarakat luas?
Mesin air minum pintar tersebut memungkinkan pengisian air menggunakan koin, kartu, maupun QRIS. Dengan tarif yang diklaim sangat terjangkau Rp500 untuk 1,8 liter program ini diharapkan menekan ketergantungan terhadap air minum kemasan plastik sekali pakai.
Direktur Utama Perumda Tirta Patriot, Ali Imam Faryadi, menyatakan mesin Air Minum Bekasi Keren telah dilengkapi sistem otomatis dan sensor mutu air.
“Kalau kualitas air tidak sesuai standar, sensor akan langsung membuang air tersebut. Hasil uji laboratorium memastikan air ini sangat layak diminum, bahkan pH-nya mencapai 8,1,” ujarnya.
Meski demikian, jumlah unit yang masih sangat terbatas menjadi catatan penting. Hingga peluncuran, baru empat unit yang disiapkan, dengan dua unit aktif di lingkungan Pemerintah Kota Bekasi.
Ali mengakui layanan ini masih dalam tahap awal. “Empat unit dulu. Satu sampai dua bulan ke depan baru kita masifkan,” katanya.
Kondisi tersebut memunculkan kritik bahwa manfaat langsung program ini masih lebih banyak dirasakan aparatur pemerintah, bukan masyarakat umum. Padahal, sasaran utama pengurangan sampah plastik dan akses air minum murah justru berada di ruang publik.
Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, menegaskan kebijakan ini merupakan kelanjutan dari larangan penggunaan air minum kemasan plastik di lingkungan Pemkot Bekasi.
“Kita ingin mengubah mindset. Air minum tidak lagi pakai kemasan plastik. Aparatur membawa tumbler, dan masyarakat kita dorong untuk terbiasa minum air isi ulang,” katanya.
Tri juga menepis anggapan bahwa layanan berbayar ini berorientasi keuntungan. Menurutnya, tarif diberlakukan semata-mata untuk menjaga operasional mesin dan menanamkan kesadaran bahwa air memiliki nilai.
“Ini bukan bisnis. Tapi supaya air tidak digunakan sembarangan. Operasional harus tetap jalan,” ujarnya.
Namun, publik menilai transparansi biaya operasional dan perawatan mesin menjadi hal yang perlu disampaikan secara terbuka. Tanpa keterbukaan, program yang membawa label murah berpotensi memicu persepsi baru, terutama di tengah keluhan sebagian warga soal kualitas dan kontinuitas layanan air bersih di sejumlah wilayah Kota Bekasi.
Di sisi pengguna, respons awal terbilang positif. Nia, salah satu pegawai Pemkot Bekasi, mengaku terbantu dengan harga yang jauh lebih murah dibanding air kemasan.
“Cuma Rp500 bisa isi tumbler. Rasanya enak dan gampang pakainya. Kalau beli air kemasan kan jauh lebih mahal,” ujarnya. Untuk isi galon juga bisa cukup merogoh kantong Rp5.000 saja.
Meski demikian, pengalaman positif di lingkungan perkantoran belum tentu mencerminkan realitas di permukiman padat penduduk, sekolah negeri, atau ruang publik lainnya yang belum tersentuh layanan serupa.
Pemkot Bekasi berencana memperluas pemasangan mesin ke Candrabhaga, Danau Duta, Kalimalang, hingga sekolah-sekolah. Rencana ini dinilai menjadi ujian sesungguhnya bagi program Air Minum Bekasi Keren.
Jika ekspansi berjalan lambat, inovasi ini dikhawatirkan hanya menjadi etalase kebijakan tampak modern, tetapi minim dampak. Sebaliknya, jika akses diperluas secara merata dan diawasi ketat, Air Minum Bekasi Keren berpotensi menjadi tonggak perubahan budaya konsumsi air minum di Kota Bekasi, murah, aman, dan bebas plastik bukan sekadar slogan.









