Venomena.id – Rumah Sagu di Kampung Keakwa kondisinya saat ini jadi sorotan publik. Hal ini lantaran kondisinya memprihatinkan mangkrak dan tidak dimanfaatkan untuk berproduksi.
Diketahui, sejarah rumah produksi pengolahan sagu ini adalah milik Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme Kamoro (YPMAK). Yayasan ini didirikan tahun 2012 sebagai salah satu unit usaha sosial kemasyarakatan.
Pendirian yayasan didapat dari dana hibah PT Freeport Indonesia. Dana tersebut kemudian diserahkan kepada Yayasan Somatua sebagai pengelola Rumah Sagu.
Dari data yang dihimpun, melalui laporan pertanggungjawaban penggunaan dana Yayasan Somatua untuk perbaikan dan revitalisasi Rumah Sagu tahun 2021 sebesar Rp 5,333,916,096. Sementara pada tahun 2022 Yayasan Somatua kembali mengajukan RAB Revitalisasi sebesar Rp. 10,036,800,000.
Dana puluhan milyar tersebut bagi PT Freeport dialokasikan sebagai hibah (pemberian) sebagai komitmen kepedulian perusahaan pada masyarakat.
Rumah Sagu direncanakan menjadi unit usaha nirlaba yang berdayaguna bagi masyarakat Amungme dan Kamoro di wilayah pesisir. Peralatan pengolahan sagu yang sudah terbilang modern didatangkan untuk memproduksi bahan makanan pokok warga sekitar sehingga tidak perlu lagi mengolah secara tradisional.
Namun kini kondisi Rumah Sagu sejak Oktober 2024 cukup memprihatinkan, sepi tanpa aktifitas produksi dan hanya meninggalkan seorang pekerja kebersihan.
Rumah Sagu yang memiliki fasilitas pengolahan air bersih sistem RO berbiaya 1,2 milyar lebih terlihat mangkrak dan terbengkalai. Bahkan dermaga khusus yang dibangun dari dana revitalisasi sudah tidak bisa dipergunakan.
PT Freeport sebagai pihak pemberi hibah dana barangkali hanya menerima laporan penggunaan dana. Namun masyarakat Amungme Kamoro tidak pernah merasakan dampak kebaikan PT Freeport karena Rumah Sagu hanya berupa proyek pengadaan sarana fasilitas.
Justru untuk mendapatkan sagu, warga tetap mengolahnya sendiri atau membeli, sambil memandang mesin pengolah yang diam tidak bergerak dan alat berat terparkir di halaman Rumah Sagu.
Banyak pertanyaan publik yang menuding siapa yang bertanggungjawab atas keberadaan Rumah Sagu yang telah menghabiskan dana puluhan milyar secara sia-sia?.
Benarkah warga hanya dijadikan obyek proyek hibah dari orang dari luar suku Amungme Kamoro? Maximus Tipagau Direktur Yayasan Somatua sebagai pihak pengelola barangkali bisa memberikan jawabannya.
(rdk/rdk)