Venomena.id – Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa rokok merupakan pengeluaran kedua tertinggi setelah beras, yakni 11,9 persen di perkotaan dan 11,2 persen di pedesaan.
Dari data BPD tersebut, ironisnya terdapat 7,8 juta perokok dari masyarakat miskin di Indonesia lebih memilih membeli rokok dibandingkan bahan makanan sehat dan bergizi.
Kementerian Kesehatan melalui Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan hal ini pada pembukaan Indonesian Conference on Tobacco or Health (ICTOH) ke-8, di Jawa Tengah, beberapa hari lalu.
“Saat ini, Indonesia menempati posisi ketiga dunia setelah India dan Cina dalam jumlah perokok, yang sudah lebih dari 65 juta orang. Budi juga menyebutkan bahwa kerugian akibat rokok diperkirakan mencapai Rp 17,9 hingga 20 triliun,” ungkap Menkes.
Hingga saat ini , pemerintah berupaya melakukan berbagai langkah untuk menurunkan jumlah perokok, seperti edukasi, penguatan layanan berhenti merokok, dan pembatasan iklan rokok.
Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) 2023 dengan tema ‘Kami Butuh Makanan Pokok, Bukan Rokok’ bertujuan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya makanan sehat dibanding rokok.
(rdk/rdk)