Venomena.id – Zaman terus berubah mencari bentuk-bentuk baru. Kondisi ini pun turut merubah budaya yang ada secara perlahan, seperti halnya penamaan tradisional untuk anak di Pulau Bali.
Perlahan namun pasti, keberadaan penamaan nama anak di Bali alami kelangkaan. Nama nama tradisional anak di Bali saat ini mulai langka. Sejumlah nama itu adalah Nyoman dan Ketut.
Terkait hal ini Gubernur Bali Wayan Koster mengumumkan bahwa anak-anak Hindu Bali yang lahir mulai tahun ini dengan nama depan Nyoman dan Ketut yang merupakan nama tradisional untuk anak ketiga dan keempat akan menerima insentif dari pemerintah.
Langkah ini diambil karena jumlah anak dengan nama tersebut semakin menurun, yakni Ketut tinggal 6 persen dan Nyoman tinggal 19 persen.
Pemberian insentif berupa bantuan pendidikan seperti buku dan seragam ini bertujuan untuk mendorong pelestarian tradisi penamaan dan akan dikoordinasikan melalui sekolah dan Tim Perencanaan Pelestarian Nama Depan Anak yang akan dibentuk.
Program ini menjadi bagian dari prioritas Gubernur Koster di periode keduanya, yang fokus pada penguatan adat, agama, tradisi, seni, budaya, dan kearifan lokal Bali.
Selain insentif nama, pemerintah juga mempercepat pelaksanaan Perda dan Pergub terkait desa adat, kebudayaan Bali, serta mendorong penggunaan aksara Bali.
“Pentingnya melestarikan warisan budaya adiluhung yang mulai punah agar jati diri Bali tetap terjaga,” tegas Koster.