V Health

Rayakan Hari Gastronomi Berkelanjutan 2025, IGC Serukan Gerakan Kurangi Limbah Sampah Makanan

101
×

Rayakan Hari Gastronomi Berkelanjutan 2025, IGC Serukan Gerakan Kurangi Limbah Sampah Makanan

Sebarkan artikel ini
Indonesian Gastronomy Community (IGC).

Venomena.id – Indonesian Gastronomy Community (IGC) bersama Badan Pangan Nasional menggelar acara penandatanganan Komitmen Bersama Pengurangan Limbah Makanan.

Acara yang digelar dalam rangka memperingati Hari Gastronomi Berkelanjutan 2025, acara ini menjadi momentum penting untuk mendorong perubahan budaya konsumsi di Indonesia, sejalan dengan visi keberlanjutan pangan nasional.

Direktur Kewaspadaan Pangan dari Badan Pangan Nasional, Nita Yulianis, menuturkan Indonesia merupakan penyumbang sampah makanan terbesar kedua di Asia. Berdasarkan laporan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) 2023, lebih dari 1,3 miliar ton makanan terbuang setiap tahun secara global, setara dengan sepertiga produksi pangan dunia.

Dia mengungkapkan bahwa mengurangi sampah makanan adalah tanggung jawab bersama pemerintah, masyarakat, pelaku usaha, dan generasi muda.

“Melalui edukasi yang tepat, penghargaan terhadap pangan lokal, serta pola makan yang mindful dan berkelanjutan, Indonesia optimis dapat mengurangi limbah sekaligus memperkuat ketahanan pangan dan kualitas hidup,”tuturnya.

Secara global, lebih dari 1,3 miliar ton makanan terbuang setiap tahun setara sepertiga produksi pangan dunia. Ironisnya, fakta ini berbanding terbalik dengan kondisi jutaan orang yang masih kelaparan.

Baja juga:  Alami Hernia yang Menggangu Aktivitas Sehari Hari, Ini Solusinya

“Lebih dari 735 juta orang di dunia masih mengalami kelaparan kronis, termasuk di Indonesia yang menghadapi angka stunting dan kurang gizi tinggi,” ungkap Sekjen Indonesian Gastronomy Community (IGC), Dr. Ray Wagiu Basrowi.

Dr Ray Wagiu Basrowi mengungkapkan bahwa hal ini ironis dengan banyaknya sampah makanan yang terbuang. Dan limbah makanan menyumbang 8–10% emisi gas rumah kaca global.

“IGC sebagai komunitas memulai suatu gerakan agar mengedukasi dan mengontrol pengurangan sisa makanan sejak ditingkat rumah tangga, serta mempertemukan para praktisi waste management dengan industri gastronomi didalam jejaring IGC”, ungkap Ray yang juga Pendiri HealthCollaborative Center (HCC) ini.

Di Indonesia, 23–48 juta ton makanan berakhir di tempat pembuangan akhir setiap tahun (Bappenas, 2021). Ironisnya, ini terjadi saat kita masih menghadapi angka stunting yang tinggi dan ketahanan pangan yang rapuh.

“Makanan bukan hanya untuk dinikmati, tapi juga dihargai. Kontrol limbah makanan bukan soal mengurangi rasa, tapi menambah makna,” ujar Dr. Ray Wagiu Basrowi, Sekjen IGC.

Baja juga:  Dampak Pandemi, 4 dari 10 Orang yang Tinggal di Jabodetabek Alami Kesepian

Kampanye ini juga mengajak pelaku industri kuliner restoran, chef, hotel, UMKM, hingga food blogger untuk: Mengedepankan pangan lokal, Menyusun menu berbasis pemanfaatan utuh bahan makanan (root-to-stem, nose-to-tail), Mengedukasi konsumen lewat konten dan praktik nyata.

Tak hanya itu, limbah makanan juga menjadi biang keladi krisis iklim.“Limbah makanan ini juga menyumbang 8–10 persen emisi gas rumah kaca global,” tegas Dr. Ray. Kondisi ini mendorong IGC untuk meluncurkan gerakan edukasi dan pengendalian sisa makanan, mulai dari level rumah tangga hingga industri gastronomi.

Di Indonesia, antara 23 hingga 48 juta ton makanan berakhir di tempat pembuangan akhir setiap tahun, demikian data Bappenas (2021).
“Makanan bukan hanya untuk dinikmati, tapi juga harus dihargai. Kontrol limbah makanan bukan soal mengurangi rasa, tapi menambah makna,”tutup Dr. Ray Wagiu Basrowi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *