Venomena.id – Setelah sukses dengan buku perdananya _“Selembut Kapas Sekeras Baja” yang menyentuh hati ribuan pembaca, Ayu Aida—seorang pengusaha, penulis, dan aktivis kemanusiaan—kini kembali mempersembahkan karya terbarunya yang sarat makna spiritual dan kemanusiaan: “Seberkah Al Aqsa Sesuci Ka’bah”.
Buku ini resmi dirilis sebagai bagian dari trilogi yang menggambarkan perjalanan batin, perjuangan, dan keyakinan Ayu Aida dalam membangun hidup yang penuh keberkahan dunia dan akhirat.
Lebih dari sekadar buku, karya ini adalah cermin dari ketulusan seorang perempuan yang telah membaktikan hidupnya untuk berdagang bersama Allah.
Melalui setiap lembar kisah, pembaca diajak menelusuri makna perjuangan mempertahankan nilai-nilai Islam dalam dunia bisnis, kehidupan rumah tangga, dan solidaritas terhadap rakyat Palestina yang terzalimi.
Dalam kehidupan nyata, Ayu Aida bukan hanya menulis tentang kebaikan dia menjalankannya. Ia adalah pendiri dari _Bilaadi,_ sebuah bisnis berbasis produk premium seperti minyak zaitun Palestina dan propolis berkualitas, skin care series, yang 100% dijalankan dengan sistem muamalah syariah.
Uniknya, setiap transaksi yang terjadi bukan hanya menghasilkan nilai ekonomi, tetapi juga menjadi kontribusi nyata untuk Palestina, terutama Gaza.
Bilaadi bukan sekadar usaha dagang. Ini adalah jalan jihad harta. Dari setiap tetes minyak zaitun yang dibeli pelanggan, terselip harapan untuk para santri tahfidz di Gaza, untuk para ibu yang kehilangan rumah, dan untuk keluarga-keluarga yang ingin tetap bertahan di tengah genosida.
Alhasil, komitmen Ayu Aida kepada Palestina tak berhenti di kata-kata. Bersama sang suami, Oday Al Akhras—warga Gaza asli—ia telah membangun:
Rumah layak huni untuk keluarganya di Gaza,* yang menjadi tempat pengungsian lebih dari 100 warga saat tragedi 7 Oktober 2023.
Markas Tahfidz Quran Aida Jannah,* yang kini menampung 130 anak Palestina yang belajar Al-Qur’an di bawah bimbingan 13 guru profesional.
Program bantuan sosial dan pemberdayaan ekonomi* melalui penjualan produk Bilaadi dan komunitas bisnis Pengusaha KAYA.
Tak berhenti pada aktivitas pribadi, Ayu Aida juga mendirikan komunitas Pengusaha KAYA sebuah gerakan untuk membina umat agar bebas dari jerat utang dan mental miskin. Komunitas ini telah membantu banyak mitranya untuk bangkit secara finansial dan spiritual.
Ayu Aida memadukan strategi bisnis Islami, pengelolaan uang, serta motivasi yang berakar dari tauhid dan keyakinan kepada Allah.
Seberkah Al Aqsa Sesuci Ka’bah: Suara Hati Seorang Pejuang*
Buku Seberkah Al Aqsa Sesuci Ka’bah bukan sekadar bacaan. Ini adalah _testimoni spiritual, kisah nyata dari penulis yang hidup berdampingan dengan penderitaan Palestina.
Ditulis dengan hati yang terluka, namun penuh cahaya, buku ini menembus batas negara, waktu, dan bahasa.
Dia tidak sedang menyusun teori, tetapi menuliskan apa yang ia saksikan dan perjuangkan sendiri.
“Buku ini adalah bentuk cinta saya kepada Palestina, dan bentuk syukur saya kepada Allah. Saya ingin semua orang tahu, bahwa kita bisa berdagang sekaligus berjihad, kita bisa membantu tanpa harus menunggu kaya. Karena sejatinya, keberkahan adalah tujuan sejati dari kekayaan.”* ujar Ayu Aida dalam keterangan kepada Sindo, belum lama ini.
Ayu Aida telah membuktikan bahwa kekuatan seorang perempuan bukan hanya pada ide, tetapi pada implementasi. Ia telah membangun masjid untuk orang tuanya yang telah wafat, membangunkan rumah untuk saudaranya, membiayai umrah banyak orang, dan terus membantu siapa saja yang membutuhkan. Semua ini ia lakukan dengan harta dari bisnis yang halal, penuh berkah, dan tanpa riba.
⸻
*Penutup: Lebih dari Sekadar Buku*
Rilisnya buku _“Seberkah Al Aqsa Sesuci Ka’bah”_ menjadi momen penting, tidak hanya dalam perjalanan kepenulisan Ayu Aida, tetapi juga dalam pergerakan dakwah dan ekonomi umat. Buku ini kini tersedia dan siap menjadi bacaan wajib bagi siapa pun yang ingin menjalani hidup dengan prinsip, keberanian, dan cinta kepada Allah dan umat manusia.
Ayu Aida pun berpesan pada pembaca dalam buku ini untuk jangan takut untuk hidup berbeda.
“Tak apa dicaci saat membela kebenaran. Karena rezeki, keberkahan, dan pertolongan, datangnya bukan dari manusia, tetapi dari Allah.”tutupnya.
