Venomena.id – Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid, memilih bungkam ketika dimintai tanggapan soal kabar reshuffle kabinet yang menyeret namanya dalam daftar menteri dengan penilaian kinerja terendah versi Center of Economic and Law Studies (Celios).
Isu perombakan kabinet pemerintahan Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka kembali menguat setelah lembaga survei nasional Celios merilis hasil evaluasi terhadap kinerja para pejabat di Kabinet Merah Putih. Dalam survei yang dilakukan pada 30 September–13 Oktober 2025 terhadap 1.338 responden publik dan 120 jurnalis dari 60 media nasional, Celios menyoroti adanya kebutuhan penyegaran di lingkar kabinet.
Dari hasil survei, terdapat sepuluh nama menteri yang mencatatkan skor negatif, termasuk di antaranya Raja Juli Antoni, Fadli Zon, Widiyanti Putri Wardhana, Zulkifli Hasan, Budiman Sudjatmiko, Yandri Susanto, dan Nusron Wahid.
“Evaluasi ini bertujuan menyoroti perlunya perombakan kabinet dan penyegaran kepemimpinan demi meningkatkan efektivitas pemerintahan di tahun kedua masa jabatan Prabowo–Gibran,” tulis Celios dalam keterangan resminya.
Tiga nama disebut paling kuat berpotensi menjadi korban reshuffle, yakni Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana, dan Menteri HAM Natalius Pigai. Bahlil bahkan menempati posisi teratas dengan skor kinerja minus 151.
Sementara itu, Nusron Wahid menangapi nama Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia yang paling berpotensi diganti, enggan memberikan komentar sedikit pun saat disinggung soal hasil survei. Ia hanya tersenyum singkat usai menghadiri Upacara Hari Santri Nasional 2025 di Pondok Pesantren Mahasina Darul Qur’an wal Hadi, Bekasi, pagi tadi.
Dari pantauan di lokasi, Nusron tampak menghadiri acara dengan tenang dan tidak menyinggung sedikit pun soal isu politik yang sedang hangat di Jakarta. “Kita fokus dulu memperingati Hari Santri. Nanti urusan politik, belakangan saja, Tidak tahu,” ujarnya singkat sebelum berlalu, Rabu (22/10).
Meski begitu, sejumlah pengamat menilai, posisi Bahlil Lahadalia kini sedang berada di persimpangan sulit. Sebagai ketum partai besar yang menjadi mitra utama pemerintah, langkah Presiden Prabowo untuk merombak kabinet akan sarat pertimbangan politik.