Venomena.id – Ratih Raynada (30), ibu empat anak asal Kelurahan Padurenan, Kecamatan Mustika Jaya, Kota Bekasi, kini hanya bisa terbaring lemah sejak mengalami kelumpuhan total usai menjalani operasi caesar di RSUD Kota Bekasi pada September 2024. Diduga, kondisi yang dialaminya merupakan dampak dari malpraktik medis.
Ratih kehilangan segalanya, kesehatan, pekerjaan, bahkan ditinggal suami. Sejak Februari 2025, ia hidup terpisah dari pasangannya yang memilih pergi setelah mengetahui Ratih tak lagi bisa berjalan. Kini, ia tinggal menumpang di rumah orang tua dan bergantung penuh pada sang ayah, Razif Pribudi (64), untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan anak-anak.
Relawan Turun Tangan, Bantu Galang Donasi
Melihat kondisi Ratih yang makin memprihatinkan, sejumlah relawan dari Yayasan Matahati Semesta tergerak untuk membantu. Salah satunya adalah Agus Wibisono, relawan kemanusiaan yang saat ini mendampingi keluarga Ratih.
“Kami menilai dari kronologinya, ini sudah tidak masuk akal. Bius tidak bekerja, tapi operasi tetap dilakukan. Ini mengarah pada dugaan kelalaian medis,” kata Agus, Minggu (29/6).
Agus menyebut, pihaknya akan berupaya mencarikan rumah sakit rujukan yang memiliki fasilitas dan tenaga medis lebih mumpuni, jika RSUD Kota Bekasi dianggap tidak mampu lagi menangani kondisi Ratih secara optimal.
“Kami juga tengah berupaya membuka jalan donasi untuk membantu sambung hidup keluarga ini. Mereka sudah kehilangan segalanya, bahkan untuk kebutuhan sehari-hari pun sangat kesulitan,” ujarnya.
Menurut Agus, selama ini keluarga hanya menerima dugaan-dugaan dari pihak rumah sakit, tanpa ada kejelasan atau dokumen medis resmi yang bisa dijadikan pegangan.
“Seharusnya keluarga diajak duduk bersama, dijelaskan kondisinya secara jujur dan lengkap. Bukan malah dilempar dari satu dokter ke dokter lain tanpa tanggung jawab yang jelas,” tegasnya.
Agus juga menambahkan, pendampingan ini tidak hanya bersifat medis, tetapi juga kemanusiaan. Ia siap memfasilitasi jika nantinya Ratih harus dirujuk ke rumah sakit lain dengan penanganan yang lebih tepat.
“Bagi saya, dari awal proses operasi caesar sudah terlihat janggal—mulai dari penyuntikan bius, tindakan bedah, hingga diagnosa yang berubah-ubah. Kalau memang ada penyakit serius, harusnya ada rekam medis yang bisa menjelaskan, dan tindakan dilakukan dengan seizin keluarga,” ujarnya.
Harapan: Bisa Jalan dan Hidup Normal Lagi
Di tengah keterpurukan, Ratih hanya punya satu harapan: sembuh. Ia ingin kembali bekerja, bisa berjalan, dan menjadi ibu bagi anak-anaknya seperti dulu.
“Saya cuma ingin sehat lagi. Bisa masak untuk anak-anak, antar mereka sekolah, kerja lagi. Sekarang semua itu rasanya jauh sekali,” ucap Ratih lirih.
Sementara itu, pihak RSUD Kota Bekasi belum memberikan tanggapan resmi hingga berita ini diturunkan. Pihak keluarga dan relawan berharap, pemerintah Kota Bekasi maupun manajemen rumah sakit dapat memberikan perhatian dan pertanggungjawaban yang layak.
“Kami tidak mencari sensasi. Kami hanya ingin keadilan dan kepastian medis. Supaya tidak ada lagi Ratih-Ratih lain yang jadi korban,” tutup Agus.