V News

Dugaan Korban Malpraktik RSUD Kota Bekasi Lumpuh, 4 Anak Terlantar, RSUD: Bukan Tugas dan Urusan Kami

51
×

Dugaan Korban Malpraktik RSUD Kota Bekasi Lumpuh, 4 Anak Terlantar, RSUD: Bukan Tugas dan Urusan Kami

Sebarkan artikel ini

Venomena.id – Ratih Raynada (30), ibu empat anak asal Padurenan, Mustika Jaya, Kota Bekasi, kini hidup dalam keterbatasan. Ia mengalami kelumpuhan total usai menjalani operasi caesar di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi pada September 2024. Diduga kuat, Ratih menjadi korban malpraktik medis. Tragisnya, bukan hanya kesehatan yang hilang, tapi juga pekerjaan dan suaminya. Kini ia hidup menumpang di rumah orang tua, sementara keempat anaknya ikut merasakan dampak penderitaan sang ibu.

“Saya dulu sehat, kerja, urus anak-anak. Tapi sejak operasi itu, hidup saya berubah. Lumpuh total, tak bisa kerja, suami pergi, anak-anak terbengkalai,” tutur Ratih lirih.

Pihak keluarga pun menuntut pertanggungjawaban pihak RSUD atas kondisi Ratih. Namun, rumah sakit membantah telah melakukan kesalahan. Direktur RSUD Kota Bekasi, dr. Kusnanto Saidi, MARS., menyebut bahwa operasi caesar berjalan sesuai prosedur medis. Ia juga menyoroti bahwa pasien baru melakukan kontrol tiga bulan setelah tindakan, yaitu pada Desember 2024.

“Pasien baru kembali kontrol ke rumah sakit pada bulan Desember. Selama tiga bulan pascaoperasi tidak ada catatan atau keluhan yang disampaikan langsung ke kami. Jadi ada jeda cukup panjang dan baru diketahui adanya penyakit bawaan setelah kita lakukan MRI,” ujar Kusnanto dalam konferensi pers, di RSUD Kota Bekasi, Selasa (1/7).

Baja juga:  Wakil Ketua 1 DPRD Ini Ingatkan Pentingnya Perhatian Terhadap TKK Pemkot Bekasi

Menanggapi permintaan keluarga agar Ratih dapat sembuh seperti sediakala, Kusnanto menilai harapan itu terlalu tinggi.

“Kami sudah berusaha maksimal. Tapi kami bukan Tuhan. Harapan untuk sembuh total tentu baik, tapi kondisi pasien memang berat,” ucapnya.

Lebih jauh, pihak RSUD juga menjelaskan bahwa kelumpuhan yang dialami Ratih bukan disebabkan oleh operasi caesar, melainkan akibat penyakit spondylitis tuberculosis (TBC tulang belakang) yang baru terdeteksi kemudian. MRI menunjukkan kerusakan pada beberapa bagian tulang belakang, dari leher hingga pinggang, yang menekan saraf dan menyebabkan kelumpuhan.

“Ada 3 faktor penunjang kesembuhan, pertama atas ijin Allah SWT, kedua tindakan medis yang tepat dan ketiga kepatuhan pasien,” tambah Kusnanto.

“Ini bukan karena operasi caesar. Setelah dicek oleh tim medis dan ahli saraf, ditemukan infeksi TBC di tulang belakang pasien. Ini penyakit serius yang memang bisa menyebabkan kelumpuhan jika tidak tertangani sejak awal,” terangnya.

Baja juga:  Marak Pungli Rusun PIK Cakung Jaktim, Gertak Desak Kejari Usut Tuntas

Terkait nasib anak-anak Ratih yang kini tidak terurus, putus sekolah dan terlantar, pihak rumah sakit enggan berkomentar lebih jauh. RSUD menegaskan bahwa tanggung jawab mereka terbatas pada pelayanan medis.

“Kami sudah fasilitasi pengobatan dan perawatan semampu kami. Tapi untuk urusan sosial seperti anak-anaknya terlantar, itu di luar konteks dan bukan tanggung jawab RSUD,” tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, RSUD menyatakan telah berupaya memberikan pelayanan maksimal bagi Ratih, baik sebelum maupun pasca operasi caesar dan pemasangan implant tulang belakang. Terlebih RSUD juga memberikan layanan menjemput pasien dengan ambulans, menyediakan rawat inap, dan melakukan tindakan medis lanjutan, termasuk operasi dan fisioterapi. Namun, keluarga pasien menilai hal itu belum cukup, mengingat dampak sosial dan ekonomi yang timbul dari kondisi Ratih saat ini.

Tak sedikit pihak yang mendorong perlunya intervensi lebih lanjut dari Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial Kota Bekasi untuk menyelesaikan persoalan ini secara menyeluruh bukan hanya dari sisi medis, tapi juga aspek kemanusiaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *