Venomena.id – Delapan puluh tahun sudah Indonesia merdeka, namun hanya sejengkal dari Ibu Kota Jakarta, masih ada sekolah negeri yang kondisinya nyaris roboh. Ratusan siswa SMP Negeri 62 Kota Bekasi, Jawa Barat, hingga kini belajar di bangunan bekas kantor kelurahan yang lapuk dimakan usia.
Bangunan yang dipakai sejak 2022 itu sebenarnya hanya tempat sementara. Namun hingga tahun ketiga berdiri, Unit Sekolah Baru (USB) SMPN 62 Bekasi belum juga memiliki gedung permanen. Gedung yang kini mereka tempati di kawasan Medan Satria itu dindingnya retak, plafon bolong, cat mengelupas, dan sebagian lantai becek akibat rembesan air dari kamar mandi.
Belajar di Lantai, Atap Empat Kali Ambruk
Sebagian siswa bahkan belajar lesehan di lantai karena kekurangan meja dan kursi. Dalam satu kelas, tiga siswa kerap berbagi satu meja. Kondisi ini tak hanya mengganggu, tapi juga membahayakan keselamatan.
Pelaksana Harian (Plh) Kepala Sekolah USB SMPN 62, Deni Permadi, mengungkapkan, sejak berdiri, atap sekolah sudah empat kali ambruk. Beruntung, peristiwa itu selalu terjadi malam hari saat tidak ada kegiatan belajar.
“Kami tetap berusaha mengajar sebaik mungkin, tapi jujur, setiap kali hujan turun, kami khawatir atapnya roboh lagi,” ujar Deni, Kamis (9/10).
Karena ruang terbatas, kegiatan belajar-mengajar diatur dua shift. Dari sekitar 320 siswa, kelas 8 dan 9 masuk pagi, sementara kelas 7 belajar siang. Saat ujian semester, siswa bahkan harus menumpang di SMPN 19 Bekasi sekolah induk dari USB SMPN 62 ini.
Suara Siswa dan Guru: Antara Harapan dan Cemas
Nadila Aida, siswi kelas 8B, bercerita bahwa ruang kelasnya bersebelahan langsung dengan toilet. “Kalau hujan, air rembes ke lantai. Kami sering belajar sambil menghindar dari genangan,” katanya.
Sementara Nur Abidah, siswi kelas 9B, mengaku sudah terbiasa belajar di ruangan rusak. “Dari pertama masuk sekolah ini, plafon udah bolong. Pernah juga atapnya tiba-tiba jatuh pas malam,” ucapnya lirih.
Guru SMPN 62, Anggun, menambahkan, para pengajar terus berupaya menumbuhkan semangat belajar di tengah keterbatasan. “Kami tidak mau anak-anak kehilangan semangat hanya karena bangunannya tak layak. Tapi jujur, kami pun takut setiap kali mendengar suara kayu patah,” ujarnya.
Menunggu Janji Pembangunan
SMPN 62 Bekasi berdiri sebagai sekolah baru hasil aspirasi warga dan Forum Komunikasi Rukun Warga (FKRW) yang menginginkan adanya sekolah negeri di wilayah Medan Satria. Namun hingga kini, pembangunan gedung permanen tak kunjung terealisasi.
Deni berharap Pemerintah Kota Bekasi menepati janji membangun gedung baru melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) 2026.
“Kami sudah berulang kali melapor ke Dinas Pendidikan. Kondisi sekolah ini sudah sangat memprihatinkan. Kami hanya ingin siswa bisa belajar dengan aman dan nyaman,” tegasnya.
Sekolah Rapuh di Kota Modern
Ironisnya, kondisi sekolah yang nyaris roboh ini terjadi di kota dengan deretan gedung pencakar langit, pusat belanja, dan perumahan elite. Tak jauh dari Harapan Indah kawasan modern yang hanya berjarak sejengkal dari Jakarta ratusan anak justru menuntut ilmu di bangunan bekas kantor kelurahan yang nyaris ambruk.
Sementara itu, masyarakat sekitar terus berharap pemerintah segera membuka mata. Sebab bagi mereka, masa depan anak-anak Medan Satria tidak seharusnya digantungkan pada atap rapuh dan dinding retak.
“Kami cuma ingin anak-anak kami belajar tanpa takut tertimpa atap,” kata salah satu orang tua siswa dengan nada getir.
Selama belum ada langkah nyata, semangat para siswa SMPN 62 Bekasi tetap menjadi benteng terakhir. Di tengah bangunan lapuk, mereka terus belajar berharap satu hari nanti, mereka bisa menempati sekolah yang benar-benar layak untuk disebut negeri.