Venomena.id – Produsen Smartphone asal Amerika Appke ngelunjak dengan meminta Tax Holiday atau pembebasan pajak selama 50 tahun.
Anggota Komisi VI DPR, Mufti Anam, mengusulkan pemblokiran produk Apple di Indonesia sebagai respons terhadap permintaan bebas pajak 50 tahun dari perusahaan tersebut.
” Apple, yang sudah meraup keuntungan besar di Indonesia, telah melecehkan negara dan mendesak agar Indonesia bersikap tegas dan tidak bergantung pada produk iPhone,” tegas Mufti saat rapat kerja bersama Menteri BUMN Erick Thohir, Senin lalu
Saat ini iPhone 16 diblokir di Indonesia karena Apple belum memenuhi komitmen investasi Rp1,71 triliun untuk perpanjangan sertifikat TKDN.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan bahwa sertifikat TKDN Apple telah habis, sementara investasi yang dilakukan baru mencapai Rp1,48 triliun, kurang Rp240 miliar.
“Alih-alih menyelesaikan komitmen tersebut, Apple justru meminta pembebasan pajak selama 50 tahun, yang tidak disetujui pemerintah,” jelas Menperin Gumiwang.
Indonesia merupakan pasar smartphone Apple terbesar di Asia Tenggara. Dengan jumlah penduduk 280 juta jiwa, Indonesia memiliki 13 juta pengguna iPhone, sementara India yang berpenduduk 1,4 miliar jiwa hanya memiliki 17 juta pengguna iPhone.
Sayangnya, mayoritas pabrik berada di China (151 pabrik), diikuti Taiwan (41 pabrik), Vietnam (25 pabrik), India (14 pabrik) dan Indonesia (0 pabrik).
Dibandingkan Apple, merek lain seperti Samsung, Huawei, Lenovo, dan Oppo telah membuka pabrik di Indonesia, yang setiap tahun memproduksi hampir 50 juta ponsel di Indonesia. Indonesia mengimpor 2,8 juta unit ponsel, dengan 85% di antaranya adalah produk Apple, senilai sekitar $2 miliar (Rp31,6 triliun).
Sedangkan, investasi Apple di Indonesia hanya Rp1,48 triliun, jauh lebih rendah dibandingkan Vietnam (Rp256 triliun). Bahkan, di Singapura, yang populasinya hanya 6 juta jiwa, investasi Apple tercatat sekitar Rp4 triliun pada tahun ini.
Dengan kondisi ini dengan tidak memiliki pabrik atau toko resmi di Indonesia, Apple dinilai hanya memanfaatkan Indonesia sebagai pasar besar, sementara produksinya berpusat di Vietnam, kemudian dikirim ke Singapura untuk didistribusikan ke Indonesia. Hal ini memicu kritik publik yang merasa Apple hanya mengambil keuntungan tanpa kontribusi ekonomi yang berarti.
(rdk/rdk)