Venome.id – Kepala Bidang Pasar Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Bekasi, Budiman, menggambarkan kondisi pasar tradisional saat ini dengan tiga kata yang cukup menggugah; lemah, lesu, dan letih. Menurutnya, sejak pandemi Covid-19 melanda hingga kini, geliat ekonomi di pasar-pasar rakyat belum sepenuhnya pulih. Bahkan, beberapa sektor di pasar nyaris kehilangan napas.
“Di era digitalisasi seperti sekarang, perilaku belanja masyarakat sudah banyak berubah. Mereka lebih memilih bertransaksi secara online, apalagi dengan adanya layanan COD atau Cash on Delivery. Akibatnya, pasar rakyat kini lebih banyak berfungsi sebagai pasar basah yang menyediakan kebutuhan pokok seperti sembako. Untuk kategori pasar kering seperti yang menjual pakaian, tas, dan sepatu, sudah sangat sulit untuk bersaing dengan toko-toko daring,” tutur Budiman pada Senin (26/5).
Budiman melanjutkan, kondisi ini menjadi perhatian serius pihaknya. Ia khawatir, jika tidak dilakukan perubahan atau inovasi, lima hingga sepuluh tahun ke depan, pasar rakyat hanya akan tinggal cerita. Untuk itu, pihak Disperindag berupaya menghadirkan konsep baru dalam pengelolaan pasar.
“Di Kota Bekasi sendiri, kita punya sekitar 15 pasar rakyat. Nah, ke depan kita ingin pasar-pasar ini tidak hanya sekadar menjadi tempat jual beli. Kita ingin mengembangkan fungsinya menjadi lebih luas, bisa sebagai tempat tinggal, tempat bekerja, ruang pertemuan, tempat nongkrong, bahkan pusat kuliner. Ini yang kita sebut sebagai pasar masa depan, bukan sekadar pasar rakyat,” jelas Budiman penuh semangat.
Gagasan ini bukan tanpa alasan. Budiman melihat tren pembangunan pusat perbelanjaan modern saat ini mengarah pada konsep Living World, di mana bangunan hunian digabung dengan area komersial seperti mal. Atasnya apartemen, bawahnya pusat belanja.
“Pasar rakyat mestinya bisa mengikuti tren serupa. Dengan menambah fungsi-fungsi baru di dalam pasar, maka tidak hanya menjawab kebutuhan masyarakat, tapi juga secara otomatis akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD),” tambahnya.
Budiman memberi contoh, ke depan orang datang ke pasar bukan hanya untuk belanja sayur atau bahan pokok. Mereka juga bisa sekadar ngopi santai, atau bahkan menggelar pesta pernikahan di aula serbaguna yang ada di dalam kompleks pasar. Ini memberikan alternatif lebih terjangkau dibanding menyewa hotel.
Untuk mewujudkan visi ini, Budiman menyampaikan bahwa pihaknya tengah menyusun rancangan regulasi. Bahkan menurutnya, dengan adanya konsep ini Walikota Tri Adhianto mendorong layanan pasar memiliki pengelolaan mandiri dalam bentuk BUMD.
“Kami sedang menyiapkan draft Peraturan Wali Kota (Perwal) sebagai langkah awal untuk mengakomodasi perubahan tersebut. Saat ini PAD dari sektor pasar hanya berasal dari retribusi harian, seperti retribusi tempat, sampah, kebersihan, dan parkir. Belum ada regulasi untuk pengembangan fungsi-fungsi lain. Jadi, kita akan buat aturan agar bisa menarik investor dan mengembangkan pasar agar lebih relevan dengan kebutuhan zaman,” tegasnya.
Di akhir penjelasannya, Budiman menyampaikan harapannya. Ia ingin pasar rakyat 50 tahun ke depan bisa berubah menjadi pusat kegiatan multifungsi yang tetap berpijak pada semangat ekonomi kerakyatan, tapi dengan tampilan dan fasilitas yang modern serta adaptif terhadap perubahan zaman.