Venomena.id – Padel, olahraga satu ini lagi trend di Indonesia, khususnya di Jakarta. Namun miris, Industri padel ini di Swedia justru perlahan nyungsep menuju kebangkrutan.
Padel sempat booming diera pandemi covid 19 dua tahun lalu.
Dilansir dari sejumlah sumber, nama We Are Padel, salah satu pemain terbesar, mengajukan restrukturisasi dan berpotensi menutup setengah dari 80 lokasinya. Sementara itu PDL United justru lebih dulu bangkrut dan diambil alih kreditor.
Kehadiran Padel yang semula dianggap “demam emas” kini berbalik akibat persaingan ketat, inflasi, serta menurunnya minat masyarakat setelah pandemi berakhir.
Di tahun 2023, hampir 90 perusahaan padel di Swedia bangkrut, dan banyak pusat padel dialihfungsikan menjadi gudang atau toko murah.
Meski pasar domestik Swedia melemah, prospek global padel masih menjanjikan.
Deloitte memperkirakan nilai ekosistem padel dunia akan tumbuh dari 2 miliar euro menjadi lebih dari 4 miliar euro pada 2026,
Jumlah lapangan yang diproyeksikan berlipat ganda menjadi 85.000.
Sejumlah pengusaha tetap optimistis, termasuk pendiri Spotify Martin Lorentzon yang mendukung pusat padel baru di London.
Inggris dan negara lain dinilai sebagai pasar potensial di mana padel bisa berkembang pesat dalam beberapa tahun mendatang.
(rdk/rdk)