V News

Sejarawan Bekasi Prihatin, Plat Tembaga Monumen Kali Bekasi Dicuri: Pemkot Harus Segera Lapor Polisi

150
×

Sejarawan Bekasi Prihatin, Plat Tembaga Monumen Kali Bekasi Dicuri: Pemkot Harus Segera Lapor Polisi

Sebarkan artikel ini

Venomena.id – Aksi pencurian Monumen Kali Bekasi yang berada di Jalan Ir. Juanda, dekat Stasiun Bekasi yang raib digondol orang tak bertanggung jawab, mengundang keprihatinan dari berbagai pihak.

Monumen tersebut bukan sekadar bangunan biasa. Ia menyimpan nilai sejarah penting, menjadi simbol persahabatan antara Jepang dan Indonesia setelah kemerdekaan, sekaligus mengenang peristiwa berdarah yang terjadi di lokasi itu pada 19 Oktober 1945.

Kabar pencurian ini menuai keprihatinan dari sejarawan dan budayawan Bekasi, Ali Anwar. Ia menyesalkan tindakan yang dinilainya sebagai bentuk perusakan terhadap warisan sejarah dan simbol perjuangan rakyat Bekasi.

“Monumen ini adalah saksi sejarah perjuangan dan patriotisme Bekasi. Siapa pun yang mencurinya, saya anggap sebagai pengkhianat rakyat,” tegas Ali Anwar saat dihubungi pada Senin (23/6).

Ia berharap aparat penegak hukum segera mengusut kasus ini, menangkap pelaku, dan memberi hukuman setimpal. Tak hanya itu, Ali juga mendesak Pemerintah Kota Bekasi, khususnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, untuk segera melaporkan pencurian ini ke kepolisian serta memperketat pengamanan di area monumen.

Baja juga:  Cagub Jabar Bersama Cawalkot Tri Adhianto Sapa Ratusan Gen Z Kota Bekasi Ajak Melek Politik

“Pemkot harus bertindak cepat. Lapor ke polisi, biar ada penyelidikan dan penangkapan. Selain itu, penting juga untuk memperkuat pengamanan, pasang CCTV, dan perbaiki pagar di sekitar lokasi,” ujarnya.

 

Tragedi di Balik Monumen Kali Bekasi

Monumen Kali Bekasi dibangun untuk mengenang peristiwa pembantaian 90 tentara Kaigun (angkatan laut Jepang) oleh pejuang Bekasi di bawah komando Letnan Dua Zakaria Burhanuddin, Komandan TKR Bekasi.

Peristiwa ini bermula dari informasi yang diterima Zakaria bahwa akan ada kereta api dari Jatinegara menuju Kali Jati, Subang, yang mengangkut 90 tentara Jepang pulang kampung setelah kekalahan Jepang dari Sekutu.

Saat kereta tiba di Stasiun Bekasi, laskar pejuang yang sudah bersiaga melakukan penggeledahan karena mencurigai para serdadu membawa senjata. Zakaria memerintahkan agar kereta diarahkan ke jalur buntu yang menghadap Kali Bekasi, tempat yang strategis untuk penyergapan.

Baja juga:  115 Kecelakaan Temperan Kereta, KAI Daop 1 Jakarta Lakukan Sosialisasi Larangan Beraktivitas di Areal Jalur Rel

Menurut Ali Anwar, Zakaria sempat mengetuk pintu kereta selama 15 menit tanpa tanggapan. Hingga akhirnya seorang tentara Jepang keluar dan meminta waktu untuk menemui komandannya.

“Saat komandan Jepang keluar dengan pistol, Zakaria lebih cepat menarik pelatuk. Penembakan itu memicu bentrokan hebat. Para pejuang bersama rakyat mengepung dan melawan tentara Jepang di dalam kereta,” jelas Ali.

Beberapa tentara Jepang yang mencoba lari ke gerbong belakang untuk mengambil senjata justru sudah ditunggu oleh laskar di sana. Perlawanan dihentikan dengan tegas, dan seluruh pasukan Jepang tewas. Jenazah mereka kemudian dibuang ke Kali Bekasi.

“Inilah sejarah yang menjadi alasan kenapa monumen ini dibangun di sana. Untuk mengenang keberanian rakyat Bekasi dalam mempertahankan kemerdekaan,” tutup Ali Anwar.

Kini, ketika monumen tersebut justru dijarah, bukan hanya benda yang hilang tapi juga penghormatan terhadap sejarah yang ternoda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *